MAKALAH
TEORI PEMBELAJARAN
KONSTRUKTIVISME
MENURUT LEV SEMONOVICH
VYGOTSKY
Dosen
Pembimbing: Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A.
Disusun Oleh:
Marta Putri Nita
Puspitasari 131134001
Rahmawati Suharno 131134055
Desy Riska Martyassanti 131134056
Paulus Yuli Suseno 131134064
Adelia Surya Putri 131134084
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks, ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku
yang bersifat relatif permanen dan prosesnya ditandai dengan
adanya interaksi dengan lingkungan sekitar pembelajar baik lingkungan alam maupun sosial budayanya.
Berkaitan dengan hasil dari belajar yang dialami, ada teori belajar yang sering diterapkan dalam dunia
pendidikan yaitu teori belajar behavioristik, walaupun ada juga yang telah mengaplikasikan berbagai
teori belajar yang ada.
Pengetahuan dari waktu ke waktu selalu mengalami perkembangan, begitu
juga dengan pendidikan. Manusia memperoleh pengetahuan dari
berbagai sumber antara lain, pengalaman pribadi, pendapat ahli, tradisi, intuisi,
penalaran dan keyakinan benar salah. Dari penjelasan ini, jelas pengetahuan merupakan segala sesuatu yang
ditangkap oleh manusia mengenai obyek sebagai hasil dari proses mengetahui baik
melaui indra maupun akal.
Perkembangan pengetahuan sejalan dengan perkembangan berbagai teori
belajar, karena pengetahuan salah satunya diperoleh dengan belajar, sehingga
tidak mustahil bermunculan teori-teori belajar antara lain, teori belajar kognitifisme, humanistik, behaviorisme dan
lain-lain, yang masing-masing teori mempunyai kelemahan dan kelebihan.
Mencermati berbagai teori-teori belajar dengan segala kelebihan dan
kekurangannya, Lev Vygotsky, dalam teorinya menjelaskan pada pentingnya hubungan antara
individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan, bahwa interaksi
sosial merupakan faktor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif
seseorang. Vygotsky berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara
evisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain
dalam suasana dan lingkungan yang mendukung dalam bimbingan seseorang yang
lebih mampu yaitu, guru atau orang dewasa.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan teori belajar konstruktivisme menurut Vygotsky?
2.
Apa saja prinsip dan
konsep yang mendasari teori belajar konstruktivisme?
3.
Bagaimana pembelajaran
dalam teori belajar konstruktivisme?
4.
Apa saja kelemahan dan
kelebihan teori belajar konstruktivisme?
C. Tujuan
1.
Mengetahui apa yang
dimaksud dengan teori belajar konstruktivisme menurut Vygotsky.
2.
Mengetahui
prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang mendasari teori belajar konstruktivisme.
3.
Mengetahui pembelajaran
dalam teori belajar konstruktivisme.
4.
Mengetahui kelemahan
dan kelebihan teori belajar konstruktivisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Tokoh
Nama
lengkap Vygotsky adalah Lev Semonovich Vygotsky yang lahir tahun 1896 di
Tsarist Russia, di suatu kota Orscha, Belorussia, dari keluarga kelas menengah
Keturunan Yahudi. Dia tumbuh dan besar di Gomel, suatu kota sekitar 400
mil bagian barat Moscow. Sewaktu dia masih muda, dia tertarik pada studi-studi
kesusasteraan, analisis sastra, menjadi seorang penyair dan Filosof.
Memasuki
usia 18 tahun, dia menulis suatu ulasan tentang Shakespeare’s Hamlet yang
kemudian dimasukkan dalam satu dari berbagai tulisannya mengenai psikologi. Dia
memasuki sekolah kedokteran di Universitas Moscow dan dalam waktu yang tidak
lama kemudian dia pindah ke sekolah hukum sambil mengambil studi kesusasteraan
pada salah satu universitas swasta. Dia menjadi tertarik pada psikologi pada
umur 28 tahun.
Vygotsky
mengajar kesusasteraan di suatu sekolah Provinsi, sebelum memberi kuliah
psikologi pada suatu sekolah keguruan. Dia dipercaya membawakan kuliah
psikologi walaupun secara formal tidak pernah mengambil studi psikologi. Dari
sinilah dia semakin tertarik dengan kajian psikologi sehingga menulis disertasi
Ph.D. mengenai ”Psychology of Art” di Moscow Institute of Psychology pada tahun
1925.
Vygotsky
bekerja kolaboratif bersama Alexander Luria and Alexei Leontiev dalam membuat
dan menyusun proposal penelitian yang sekarang ini dikenal dengan pendekatan
Vygotsky. Selama hidupnya Vygotsky mendapat tekanan yang begitu besar dari
pemegang kekuasaan dan para penganut idelogi politik di Rusia untuk
mengadaptasi dan mengembangkan teorinya.
Setelah
dia meninggal pada usia yang masih dibilang sangat muda (38 tahun), pada tahun
1934 akibat menderita penyakit tuberculosis (TBC), barulah seluruh ide dan
teorinya diterima oleh pemerintah dan tetap dianut dan dipelajari oleh
mahasiswanya. Kepeloporannya dalam meletakkan dasar tentang psikologi
perkembangan telah banyak mempengaruhi sekolah pendidikan di Rusia yang kemudian
teorinya berkembang dan dikenal luas di seluruh dunia hingga saat ini.
B. Pengertian Teori
Belajar Menurut Vygotsky
Konstruktivisme
adalah sebuah epistemologi atau penjelasan filosofis tentang sifat
pembelajaran. Para teoritis mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diatur dalam
diri seseorang tetapi terbentuk dalam dirinya. Dasar pemikiran inti
konstruktivisme adalah proses kognitif ditempatkan dalam konteks fisik dan
sosial.
Salah
satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori konstruktivisme
adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori
perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar
tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap
perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan
intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu. Sebagai
contohnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau
perbuatan (Schunk, 2012). Selanjutnya, Piaget juga menegaskan bahwa
pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan,
akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi
baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Schunk, 2012). Pengertian
tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan
skema baru yang cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi skema yang sudah
ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).
Konstruktivis
ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi
suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Lingkungan sosial memengaruhi
kognisi melalui objek kultural, bahasa, simbol-simbol, dan institusi sosial.
Konsep utamanya adalah zone of proximal
development (ZPD) yaitu, jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya
yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat
kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan
masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Teori
Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah
memberikan kepada anak bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan
kemudian mengurangi bantuan tersebut serta memberikan kesempatan kepada anak
untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu
mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,
peringatan, dorongan, serta menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang
memungkinkan siswa dapat mandiri.
Sulit
mengevaluasi kontribusi teori Vygotsky dalam pembelajaran karena kebanyakan
penelitian masih terbilang baru dan banyak aplikasi pendidikan yang bukan
merupakan bagaian dari teori, tetapi tamapak sesuai dalam konteks teori
tersebut. Aplikasi yang mencerminkan ide Vygotsky adalah pemberian bantuan
pengajaran, pengajaran timbal balik, kerja sama dengan teman sebaya, dan
praktik magang.
C. Prinsip dan Konsep
Teori Belajar Konstruktivisme
Ratumanan
(2004:45) mengemukakan bahwa karya Vygotsky didasarkan pada dua ide utama.
Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami bila ditinjau dari konteks
historis dan budaya pengalaman anak. Kedua, perkembangan bergantung pada
sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya
untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah, dengan
demikian perkembangan kognitif anak mensyaratkan sistem komunikasi
budaya dan belajar menggunakan sistem-sistem ini untuk menyesuaikan
proses-proses berfikir diri sendiri.
Berkaitan
dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsip seperti yang dikutip
oleh (Slavin, 2000: 256) yaitu:
- Pembelajaran sosial (social leaning) merupakan pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap.
- ZPD (zone of proximal development). Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya. Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Vygotsky membedakan antara actual development dan potential development pada anak. Actual development menentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development, di mana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
3.
Masa Magang Kognitif (cognitif
apprenticeship). Suatu
proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan
intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau
teman yang lebih pandai.
4.
Pembelajaran Termediasi
(mediated learning).Vygostky
menekankan pada scaffolding. Siswa
diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan
secukupnya dalam memecahkan masalah siswa.
Yang terpenting dalam teori
konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswa yang harus
aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain.
Siswa harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.
Kreativitas dan keaktifan akan membantu
siswa untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif sehingga belajar
lebih diarahkan pada experimental
learning yaitu merupakan adaptasi berdasarkan pengalaman konkrit di
laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian di
implementasikan dan dijadikan ide untuk pengembangan konsep baru.
Aliran psikologi yang dipegang oleh
Vygotsky lebih mengacu pada kontruktivisme karena ia lebih menekankan pada
hakikat pembelajaran sosiokultural. Dalam analisisnya, perkembangan
kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif,
juga ditentukan oleh lingkungan sosial
secara aktif.
D. Pembelajaran dalam
Teori Belajar Konstruktivisme
Belajar
dalam konsep sebuah setting konstruktivis bukan berarti membiarkan siswa
melakukan apa saja yang mereka kehendaki. Dalam kelas konstruktivis, difokuskan
untuk mengatur lingkungan pembelajaran yang dapat membangun pengetahuan dan
keterampilan yang baru bagi siswa secara efektif (Schunk, 2003). Adapun ciri –
ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah:
- Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya
- Menyokong pembelajaran secara kooperatif
- Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa
- Mengajak siswa aktif dalam pembelajaran.
- Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
- Mendorong siswa agar mampu melakukan penyelidikan.
- Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
- Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu yang alami pada siswa.
- Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.
- Menekankan pentingnya bagaimana siswa belajar.
Secara
garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar
mengajar adalah:
1.
Pengetahuan dibangun
oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan tidak dapat
dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri
untuk menalar.
3. Murid aktif mengkontruksi
secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4. Guru sekedar membantu
menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5.
Menghadapi masalah yang
relevan dengan siswa.
6.
Menyesuaikan kurikulum
untuk menanggapi anggapan siswa.
7.
Menciptakan lingkungan
kelas sebagai kelompok yang mendukung interaksi social.
8.
Guru menjadi model,
motivator dan fasilitator bagi anak
9. Membangun hubungan
dengan semua anak dalam kelompok atau dengan anak secara perseorangan.
10. Guru
atau orang dewasa harus memiliki kemampuan yang diperlukan untuk memberi
pijakan tepat bagi anak.
E. Kelemahan dan Kelebihan
Teori Belajar Konstruktivisme
1. Kelebihan
a. Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan
bahasa siswa sendiri.
b. Memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa sehingga siswa terdorong
untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
c.
Memberi siswa
kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa
berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori,
mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
d. Memberi kesempatan
kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh
kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks.
e. Mendorong siswa untuk
memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta
memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
f. Memberikan lingkungan
belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling
menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
2. Kelemahan
a. Siswa mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok
dengan hasil konstruksi para ahli sehingga menyebabkan miskonsepsi.
b. Konstruktivistik
menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti
membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
berbeda-beda.
c. Situasi dan kondisi
tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana
yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.
BAB III
KESIMPULAN
1.
Yang dimaksud dengan
teori belajar konstruktivisme menurut Vygotsky adalah pentingnya menekankan
interaksi individu dengan lingkungan sosial.
2.
Prinsip yang mendasari
teori belajar konstruktivisme menurut Vygotsky yaitu Pembelajaran Sosial
(Social Learning),Zone of Proximal Development (ZPD), Masa magang kognitif (cognitif
apprenticeship), dan Pembelajaran termediasi (mediated learning), sedangkan
konsep dari teori belajar konstruktivisme yaitu Hukum genetik tentang
perkembangan (genetic law of development),Zona perkembangan proksimal (Zone of
Proximal Development), dan Mediasi.
3.
Pembelajaran dalam teori
belajar konstruktivisme itu fokus untuk mengatur lingkungan pembelajaran yang
dapat membangun pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa secara
efektif (Schunk, 2003).
4.
Kelebihan teori belajar
konstruktivisme yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
gagasan secara eksplisit, memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan
yang telah dimiliki siswa, memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang
pengalamannya, memikirkan perubahan gagasan mereka, memberikan lingkungan
belajar yang kondusif sedangkan kelemahan dari teori belajar konstruktivisme
yaitu hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli,
membutuhkan waktu yang lama membangun pengetahuannya sendiri, dan kondisi tiap
sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang
dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.
DAFTAR REFERENSI
Afni, Ulul.
(2012). Teori Konstruktivisme menurut
Vygotsky. Diakses dari
20 September 2014.
Schunk,
Dale H. (2012). Teori-teori Pembelajaran:
Perspektif Pendidikan.
Penerjemah:
Eva Hamdiah dan Rahmat Fajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
………...Teori
Pembelajaran Menurut Vygotsky. (2013). Diakses dari
595767.html.
20 September 2014.
Crain, W. (2007).
Teori perkembangan, konsep dan aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar