Kamis, 28 Mei 2015

"Kasih Sejati" Cerita Rakyat dari Nusa Tenggara Timur



 Kasih Sejati
Cerita Rakyat dari Nusa Tenggara Timur

   Dahulu kala ada orang tua punya nazar, bahwa anaknya bernama Skolong Reba Todo akan dijodohkan dengan anak bibinya. Padahal anak bibinya belum lahir, tetapi Skolong Reba Todo disuruh ibunya agar tinggal bersama bibinya. Dalam hal ini ibunya punya maksud, apabila bibinya melahirkan anak gadis cantik, maka gadis itu bisa langsung dijodohkan dengan si Skolong.
Dia menuruti perintah ibunya, sehingga berangkat ke rumah bibinya. Setiba di sana dia disambut bibinya dengan penuh kasih sayang, karena Skolong tampan juga anak yang rajin. Skolong memang anak yang giat, setiap harinya ikut membantu mencari kayu bakar dan bekerja di kebun bersama pamannya.
    Pada waktu si bibi sedang hamil. Skolong sangat mengharapkan bibinya melahirkan seorang putri yang cantik jelita. Ternyata harapan itu hampa. Bukanlah melahirkan putri cantik, tetapi bibinya melahirkan sebuah ubi hutan yang berbulu-bulu.
Melihat kenyataan semacam ini paman, bibi, dan Skolong merasa sedih dan menjadi beban pikirannya, tapi apapun yang terjadi makhluk tersebut adalah anaknya. Untuk itu bibinya serta pamannya menerima dengan penuh ikhlas. Tapi anehnya ubi hutan itu bisa bicara.
    Dengan keberadaan ini bibi dan pamannya sangat mengharapkan kepada Skolong tetap bersedia menerima sebagai calon pendampingnya, tetapi pemuda itu mengelak sehingga secepatnya dia berusaha ingin pulang ke rumah ibunya.
Pada saat itu juga ubi hutan berkata, “Bila kak Skolong pulang, maka akupun ikut juga.” Mendengar perkataan dia tadi, maka Skolong melarang ikut. “Sekalipun kak Skolong melarang aku ikut. maka aku tetap ikut”. Skolong marah sambil mengucapkan aku akan bunuh kamu diperjalanan. “Sekalipun aku kau bunuh, maka aku tetap mengikutimu dan membantu ibumu di rumah”.
    “Ibu tidak perlu kamu bantu, mana mungkin kamu bisa membantu, badanmu tidak terbentuk, tidak punya kaki, maupun tangan, sementara badanmu kumuh dan penuh dengan bulu”. Sambil berkata-kata yang kurang enak didengar itu Skolong berkemas-kemas hendak pulang. Ubi hutanpun ikut berkemas-kemas, dia tidak punya perasaan malu dan tidak sakit hati sekalipun diejek oleh Skolong.
    Skolong mulai melangkah menuju rumahnya, ternyata si ubi hutan ikut juga menyusulnya di belakang. Terkadang dalam perjalanan ubi hutan mendahului Skolong, tetapi tidak terlihat. Dia mengira, bahwa si ubi hutan masih di belakangnya, tetapi tiba-tiba sudah di depannya. Bila ubi hutan di depannya, maka seakan-akan Skolong melihat serombongan orang-orang ’yang berjalan berlawanan. Sebenarnya serombongan itu adalah ubi hutan. Di kala serombongan ubi hutan itu berpapasan dengan Skolong, maka mereka bertegur sapa dengan Skolong. Tetapi yang terlihat bukanlah ubi hutan, melainkan rombongan orang.
    Skolong berkata keapda serombongan itu, “Tuan-tuan ada sebuah ubi hutan yang sedang mengikuti aku, bila nanti kalian melihatnya ubi hutan tolong bunuh saja dia dan buanglah ke jurang yang dalam dan gelap!
    Setiap menemui rombongan itu, maka Skolong dilirik oleh gadis cantik dengan pandangan sekejap. Saat itu juga Skolong mendengarkan nyanyian gadis cantik itu,” Wahai Skolong, kau benar-benar menempuh perjalanan yang amat jauh, beberapa desa kamu lalui, kau memandang seorang gadis cantik, aku sangat mencintaimu, aku sangat rindu dengan belaianmu.
    Terdengarnya nyanyian itu Skolong berhenti sejenak. Dia memandang alam sekitar barangkali ada gadis yang sedang bernyanyi, tetapi tak seorangpun yang terlihat. Skolong hanya melihat burung-burung berkicau. Dia juga sempat menoleh ubi hutan, tetapi tak nampak juga.
Ibu Skolong di rumah nampak sibuk menyambut kedatangan Skolong besama istrinya. Begitu tiba di kampungnya ternyata Skolong itu sendirian yang nampak hanya ubi hutan sedang mengikuti dia.
    Masyarakat setempat merasa heran ubi hutan bisa bicara, tetapi dia tidak menghiraukan banyak orang, sehingga dia langsung masuk ke rumah Skolong kemudian segera membantu ibu Skolong memasak di dapur dan mengambil air di pancuran. Pada waktu itu ibu Skolong merasa heran, karena ubi hutan menggeret-nggeret wada air yang kosong ke tempat pancuran sambil berbicara aku ambil air. Setiba di pancuran dia menanggalkan kulitnya, tetapi tak seorangpun bisa melihatnya. Begitulah dia kerja setiap harinya.
    Pada suatu hari ada acara pesta wagal, yakni pesta adat tata cara pernikahan orang Manggarai. Dalam acara pesta tersebut diadakan pertaiu ‘ngan caci yang dimainkan lelaki, kemudian iringan musiknya gong dan gendang yang dimainkan perempuan. Para gadis biasanya membawakan tarian Manggarai dalam acara tersebut.
   Acara ini diketahui oleh ubi hutan, sehingga dia menyiapkan rombongan, sementara dia berpura-pura mengambil air di pancuran, padahal menanggalkan serta menyembunyikan kulitnya di bawah batu. Secara tiba-tiba datanglah serombongan manusia yang terdiri muda-mudi, orang tua, laki-laki, perempuan, dan juga gadis-gadis. Rombongan ubi hutan itu karnapal menuju ke tempat berlangsungnya permainan caci.
    Skolong bertanya kepada orang sekampuneya. “Rombongan dari mana ini?” Kemungkinan ini rombongan dari kampung Rejeng. Karnapal kali ini benar-benar menarik dan yang memimpin adalah ubi hutan.Menariknya rombongan tersebut, karena terdiri beberapa gadis cantik jelita dan pemuda yang lampan-tainpaii.
    Dalam tidurnya Skolong bermimpi, agar dia mengikuti si ubi hutan ke pancuran. Skolong lalu mengikutinya dan bersembunyi di sekitar pancuran. Di tempat itu Skolong .melihat ubi hutan menyembunyikan kulitnya dibawah batu lempeng. Sesudah itu tiba-tiba terlihat serombongan manusia. Dalam hatinya Skolong berkata,” Ini semua rombongan ubi hutan. “Dikala mereka beramai-ramai mengikuti acara caci yang kedua kalinya, maka secara iiam-diam kulit si ubi hutan diambilnya.
    Pestapun dimulai dengan meriah. Si ubi hutan telah berubah total yakni menjadi gadis cantik jelita yang sedang menari di halaman. Para pengunjung menyaksikan gadis cantik yang sedangmenari itu. Lagi asyik menari si ubi hutan, maka tiba-tiba Skolong meletakkan kulit si ubi hutan di atas asap api, seketika itu dia pingsan. Para penonton terkejut melihat gadis cantik yang sedang pingsan. Tidak mau ketinggalan Skolongpun bergegas memberikan pertolongan. Dia memberikan pertolongan dengan menyelupkan kulit ubi hutan yang kena asap api tadi ke dalam air kemudian dibalutkan di kepala gadis cantik itu. Ternyata pertolongan Skolong membuahkan hasil, sehingga sedikit-demi sedikit gadis cantik itu sadar. Setelah sadar ditanya gadis itu, “Siapakah sebenarnya kamu ini?” Saya adalah anak bibimu.
    Dengan jawaban gadis cantik itu, maka Skolong semakin sadar, bahwa ubi hutan yang dilahirkan bibinya dahulu. kini-telah berubah gadis cantik jelita. Dengan kenyataan ini nampaknya Skolong agak malu, bila mengenang masa silam yang pernah mengejek gadis itu dengan kata-kata kasar dan menyakitkan hati. Dengan perlakuan Skolong pada tempo dulu, nampaknya gadis itu tidak punya rasa dendam, karena sejak awal dia sudah punya rasa cinta yang mendalam kepada pemuda itu. Gadis itupun tidak merasa terhina setelah diejek Skolong. Kedua insan itu akhirnya dinikahkan dan dalam menempuh perjalanan rumah tangga mereka merasa bahagia di sepanjang masa.
    Perlu juga kita ketahui, bahwa seseorang tidak dibenarkan bila menilai orang lain hanya sekedar dilihat bentuknya saja, tapi yang terpenting adalah hatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar