Kamis, 28 Mei 2015

TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME MENURUT LEV SEMONOVICH VYGOTSKY



MAKALAH
TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
MENURUT LEV SEMONOVICH VYGOTSKY
 Dosen Pembimbing: Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A.


https://www.usd.ac.id/fakultas/pascasarjana/s2inggris/f1l3/Logo%20USD.png



Disusun Oleh:
                                           Marta Putri Nita Puspitasari           131134001
Rahmawati Suharno                         131134055
Desy Riska Martyassanti                  131134056
Paulus Yuli Suseno                           131134064
Adelia Surya Putri                            131134084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks, ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen dan prosesnya ditandai dengan adanya interaksi dengan lingkungan sekitar pembelajar baik lingkungan alam maupun sosial budayanya. Berkaitan dengan hasil dari belajar yang dialami, ada teori belajar yang sering diterapkan dalam dunia pendidikan yaitu teori belajar behavioristik, walaupun ada juga yang telah mengaplikasikan berbagai teori belajar yang ada.
Pengetahuan dari waktu ke waktu selalu mengalami perkembangan, begitu juga dengan pendidikan. Manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber antara lain, pengalaman pribadi, pendapat ahli, tradisi, intuisi, penalaran dan keyakinan benar salah. Dari penjelasan ini, jelas pengetahuan merupakan segala sesuatu yang ditangkap oleh manusia mengenai obyek sebagai hasil dari proses mengetahui baik melaui indra maupun akal.
Perkembangan pengetahuan sejalan dengan perkembangan berbagai teori belajar, karena pengetahuan salah satunya diperoleh dengan belajar, sehingga tidak mustahil bermunculan teori-teori belajar antara lain, teori belajar kognitifisme, humanistik, behaviorisme dan lain-lain, yang masing-masing teori mempunyai kelemahan dan kelebihan.
Mencermati berbagai teori-teori belajar dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Lev Vygotsky, dalam teorinya menjelaskan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan, bahwa interaksi sosial merupakan faktor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif seseorang. Vygotsky berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara evisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu yaitu, guru atau orang dewasa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivisme menurut Vygotsky?
2.      Apa saja prinsip dan konsep yang mendasari teori belajar konstruktivisme?
3.      Bagaimana pembelajaran dalam teori belajar konstruktivisme?
4.      Apa saja kelemahan dan kelebihan teori belajar konstruktivisme?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivisme menurut Vygotsky.
2.      Mengetahui prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang mendasari teori belajar konstruktivisme.
3.      Mengetahui pembelajaran dalam teori belajar konstruktivisme.
4.      Mengetahui kelemahan dan kelebihan teori belajar konstruktivisme.









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Tokoh
Nama lengkap Vygotsky adalah Lev Semonovich Vygotsky yang lahir tahun 1896 di Tsarist Russia, di suatu kota Orscha, Belorussia, dari keluarga kelas menengah Keturunan Yahudi. Dia tumbuh dan besar di Gomel, suatu   kota sekitar 400 mil bagian barat Moscow. Sewaktu dia masih muda, dia tertarik pada studi-studi kesusasteraan, analisis sastra, menjadi seorang penyair dan Filosof.
Memasuki usia 18 tahun, dia menulis suatu ulasan tentang Shakespeare’s Hamlet yang kemudian dimasukkan dalam satu dari berbagai tulisannya mengenai psikologi. Dia memasuki sekolah kedokteran di Universitas Moscow dan dalam waktu yang tidak lama kemudian dia pindah ke sekolah hukum sambil mengambil studi kesusasteraan pada salah satu universitas swasta. Dia menjadi tertarik pada psikologi pada umur 28 tahun.
Vygotsky mengajar kesusasteraan di suatu sekolah Provinsi, sebelum memberi kuliah psikologi pada suatu sekolah keguruan. Dia dipercaya membawakan kuliah psikologi walaupun secara formal tidak pernah mengambil studi psikologi. Dari sinilah dia semakin tertarik dengan kajian psikologi sehingga menulis disertasi Ph.D. mengenai ”Psychology of Art” di Moscow Institute of Psychology pada tahun 1925.
Vygotsky bekerja kolaboratif bersama Alexander Luria and Alexei Leontiev dalam membuat dan menyusun proposal penelitian yang sekarang ini dikenal dengan pendekatan Vygotsky. Selama hidupnya Vygotsky mendapat tekanan yang begitu besar dari pemegang kekuasaan dan para penganut idelogi politik di Rusia untuk mengadaptasi dan mengembangkan teorinya.
Setelah dia meninggal pada usia yang masih dibilang sangat muda (38 tahun), pada tahun 1934 akibat menderita penyakit tuberculosis (TBC), barulah seluruh ide dan teorinya diterima oleh pemerintah dan tetap dianut dan dipelajari oleh mahasiswanya. Kepeloporannya dalam meletakkan dasar tentang psikologi perkembangan telah banyak mempengaruhi sekolah pendidikan di Rusia yang kemudian teorinya berkembang dan dikenal luas di seluruh dunia hingga saat ini.

B.     Pengertian Teori Belajar Menurut Vygotsky
Konstruktivisme adalah sebuah epistemologi atau penjelasan filosofis tentang sifat pembelajaran. Para teoritis mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diatur dalam diri seseorang tetapi terbentuk dalam dirinya. Dasar pemikiran inti konstruktivisme adalah proses kognitif ditempatkan dalam konteks fisik dan sosial.
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu. Sebagai contohnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Schunk, 2012). Selanjutnya, Piaget juga menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Schunk, 2012). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).
Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Lingkungan sosial memengaruhi kognisi melalui objek kultural, bahasa, simbol-simbol, dan institusi sosial. Konsep utamanya adalah zone of proximal development (ZPD) yaitu, jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah memberikan kepada anak bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut serta memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, serta menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Sulit mengevaluasi kontribusi teori Vygotsky dalam pembelajaran karena kebanyakan penelitian masih terbilang baru dan banyak aplikasi pendidikan yang bukan merupakan bagaian dari teori, tetapi tamapak sesuai dalam konteks teori tersebut. Aplikasi yang mencerminkan ide Vygotsky adalah pemberian bantuan pengajaran, pengajaran timbal balik, kerja sama dengan teman sebaya, dan praktik magang.

C.    Prinsip dan Konsep Teori Belajar Konstruktivisme
Ratumanan (2004:45) mengemukakan bahwa karya Vygotsky didasarkan pada dua ide utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami bila ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman anak. Kedua, perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah, dengan demikian  perkembangan kognitif anak mensyaratkan sistem  komunikasi budaya dan belajar menggunakan sistem-sistem ini  untuk menyesuaikan proses-proses berfikir diri sendiri.
Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsip seperti yang dikutip oleh (Slavin, 2000: 256) yaitu:

  1. Pembelajaran sosial (social leaning) merupakan pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap. 
  2. ZPD (zone of proximal development). Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya. Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Vygotsky membedakan antara actual development dan potential development  pada anak. Actual development menentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development, di mana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.

3.      Masa Magang Kognitif (cognitif apprenticeship). Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai.
4.      Pembelajaran Termediasi (mediated learning).Vygostky menekankan pada scaffolding. Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa. 

Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswa yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Siswa harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.
Kreativitas dan keaktifan akan membantu siswa untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif sehingga belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian di implementasikan dan dijadikan ide untuk pengembangan konsep baru.
Aliran psikologi yang dipegang oleh Vygotsky lebih mengacu pada kontruktivisme karena ia lebih menekankan pada hakikat pembelajaran sosiokultural.  Dalam analisisnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial secara aktif.

D.    Pembelajaran dalam Teori Belajar Konstruktivisme
Belajar dalam konsep sebuah setting konstruktivis bukan berarti membiarkan siswa melakukan apa saja yang mereka kehendaki. Dalam kelas konstruktivis, difokuskan untuk mengatur lingkungan pembelajaran yang dapat membangun pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa secara efektif (Schunk, 2003). Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah:
  1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya 
  2.  Menyokong pembelajaran secara kooperatif 
  1. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa
  2. Mengajak siswa aktif dalam pembelajaran.
  3. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
  4. Mendorong siswa agar mampu melakukan penyelidikan.
  5. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
  6. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu yang alami pada siswa.
  7. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.
  8. Menekankan pentingnya bagaimana siswa belajar.
Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
1.      Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2.   Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3.    Murid aktif mengkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4.     Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5.      Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6.      Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
7.      Menciptakan lingkungan kelas sebagai kelompok yang mendukung interaksi social.
8.      Guru menjadi model, motivator dan fasilitator bagi anak
9.  Membangun hubungan dengan semua anak dalam kelompok atau dengan anak secara perseorangan.
10.  Guru atau orang dewasa harus memiliki kemampuan yang diperlukan untuk memberi pijakan tepat bagi anak.

E.     Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme
1.      Kelebihan
a.   Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri.
b.  Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
c.     Memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
d.  Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks.
e. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
f.   Memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.



2.      Kelemahan
a.    Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga menyebabkan miskonsepsi.
b.   Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
c.    Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.













BAB III
KESIMPULAN
1.      Yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivisme menurut Vygotsky adalah pentingnya menekankan interaksi individu dengan lingkungan sosial.
2.      Prinsip yang mendasari teori belajar konstruktivisme menurut Vygotsky yaitu Pembelajaran Sosial (Social Learning),Zone of Proximal Development (ZPD), Masa magang kognitif (cognitif apprenticeship), dan Pembelajaran termediasi (mediated learning), sedangkan konsep dari teori belajar konstruktivisme yaitu Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development),Zona perkembangan proksimal (Zone of Proximal Development), dan Mediasi.
3.      Pembelajaran dalam teori belajar konstruktivisme itu fokus untuk mengatur lingkungan pembelajaran yang dapat membangun pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa secara efektif (Schunk, 2003).
4.      Kelebihan teori belajar konstruktivisme yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit, memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa, memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya, memikirkan perubahan gagasan mereka, memberikan lingkungan belajar yang kondusif sedangkan kelemahan dari teori belajar konstruktivisme yaitu hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli, membutuhkan waktu yang lama membangun pengetahuannya sendiri, dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.




DAFTAR REFERENSI
Afni, Ulul. (2012). Teori Konstruktivisme menurut Vygotsky. Diakses dari
            20 September 2014.
Schunk, Dale H. (2012). Teori-teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan.
Penerjemah: Eva Hamdiah dan Rahmat Fajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
………...Teori Pembelajaran Menurut Vygotsky. (2013). Diakses dari
595767.html. 20 September 2014.
Crain, W. (2007). Teori perkembangan, konsep dan aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.                                   



Tidak ada komentar:

Posting Komentar